etickr.com – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) terus menghadirkan terobosan di bidang kesehatan. Salah satu inovasi yang menarik perhatian adalah kemampuan AI untuk mendeteksi penyakit hanya melalui analisis suara. Peneliti dari berbagai universitas ternama telah mengembangkan model AI yang mampu mengenali pola suara yang berubah akibat kondisi kesehatan tertentu, seperti Parkinson, Alzheimer, bahkan COVID-19.
Analisis suara dinilai sebagai metode non-invasif yang cepat dan efisien. Algoritma AI dilatih dengan ribuan sampel suara pasien yang mengalami gangguan neurologis atau pernapasan. AI kemudian dapat mengenali perubahan halus dalam intonasi, kecepatan bicara, frekuensi napas, atau bahkan jeda dalam percakapan yang mungkin tidak terdeteksi oleh telinga manusia biasa.
Salah satu studi terbaru menunjukkan bahwa AI mampu mendeteksi tanda awal Parkinson hanya dari rekaman suara selama 10 detik, dengan tingkat akurasi mencapai 85%. Hal ini sangat membantu dalam proses diagnosis dini, yang selama ini menjadi tantangan karena penyakit tersebut sering baru terdeteksi ketika gejala sudah parah.
Implementasi teknologi ini juga tengah diuji untuk digunakan melalui aplikasi smartphone, sehingga masyarakat dapat melakukan skrining awal secara mandiri. Selain memberikan akses lebih luas terhadap layanan kesehatan, pendekatan ini juga membantu mengurangi beban sistem medis konvensional.
Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam hal privasi data suara dan keandalan model dalam berbagai bahasa atau aksen. Oleh karena itu, pengembangan AI ini tetap dilakukan secara kolaboratif dengan pakar kesehatan, insinyur, dan ahli etika teknologi agar bisa dimanfaatkan secara bertanggung jawab.